Kamis, 26 Juli 2012

Sekilas tentang adat berpacaran di Ranah Kerinci 2


1.      Masa Nyiubeuk
Nyiubeuk berasal dari kata minang kabau yaitu cibuak, artinya intip, pekerjaan intip ini disebut mengintip. Apabila seseorang bujang terpaut hatinya pada seorang gadis, maka ia selalu mengintip dan menyelidiki sang gadis, misalnya dengan bertanya kepada teman terdekat si gadis, kapan ia akan bekerja di sawah atau di ladang. Sebelumnya itu tentu saja ia menyelidiki apakah si gadis sudah punya pacar atau belum. Pacar di kerinci dulunya bernama susein atau mudea. Berapacar sama dengan bamudea.
Setelah diketahui, bahwa si gadis akan ke sawah pada hari esok misalnya, maka ia mengajak teman-teman sebayanya pula untuk mencari benda-benda tanaman yang bisa ditanam di tempat gadis bekerja. Umpamanya batang pinang atau batang pisang. Maksud dari batang pisang atau pinang ialah tanda ada orang yang meminang si gadis. Pekerjaan mencari dan menanam pohon itu dilakukan di malam hari, dimana orang tidak mengetahuinya kecuali teman-teman yang diajak itu. Kadang-kadang juga ditanam waktu pagi, sebelum orang kesawah. Sewaktu diperkirakan si gadis datang, maka si bujang mengintip pula dari jauh, apakah si gadis sudah datang atau belum. Apabila si gadis datang bersama-sama temannya pula (pekerjaan ini dinamakan gotong royong, handel, ban, yaitu pekerjaan saling bantu membantu di sawah atau di ladang), maka tentu saja mereka melihat adanya tanaman ditengah sawahnya. Hal ini mereka sudah maklum bahwa ada orang yang sedang jatuh hati padanya, tetapi belum tahu siapa orangnya selain dari gadis tempat bertanya si bujang sebelumnya.

Si gadis membawa tanaman tadi pulang dan pekerjaan gotong ditiadakan karena mereka tahu bahwa ada anak bujang nanti yang akan menyelesaikan pekerjaannya. Sampai di rumah si gadis beserta temannya tadi sibuk memasak makan untuk dibawa nanti kesawah dimana sepenggalan gadis-gadis tadi pulang. Si bujang beserta teman-temannya pula datang dan membantu pekerjaan gadis-gadis tadi yang belum dikerjakannya. Begitulah pekerjaan gorong royong yang semulanya dilaksanakan oleh gadis-gadis sekarang berganti dengan bujang-bujang.
      Waktu tengah hari, datanglah si gadis kembali dengan membawa makanan untuk mereka makan bersama. Melihat gadis-gadis ini datang, maka bujang-bujang tadi bertambah semangat kerjanya. Tentu saja si gadis yang menjadi tujuan si bujang tadi belum tahu siapa yang telah jatuh hati padanya itu yang menjadi pimpinan penanaman tanaman yang telah dibawanya pulang tadi pagi. Sebelum makan bersama, gadis-gadis tadi membantu sebentar pekerjaan bujang-bujang itu untuk menanyakan siapa bujang yang telah jatuh hati padanya. Pertanyaan dari si gadis tidak secara langsung, tetapi melalui talei (nyanyi) dengan pantun-pantun yang telah tersedia dan pertanyaan ini dilakukan sambil bekerja, misalnya saja sedang menuai. Misalnya isi dari pantunnya sebagai berikut:
                        Bureung puyouh tabeang mulayang
                        Tabeang munjelang tengoh ahai
                        Dahai jaeuh  kayo lah datang
Ngapo dateang karumpoun kamai
Artinya:
Burung puyuh terbang melayang
Terbang menjelang tengah hari
Dari jauh kakak sudah datang
Mengapa datang ke rumpun kami
Maksud dari pantun itu ialah, siapa bujangnya dan apa maksudnya membantu pada hari itu. Si bujang yang menaruh hati tadi menjawab pantun tersebut sambil bertale pula:
                        Kamai ramboh muo radeik mandai
                        Kamai takauk duhi singkuang
                        Kamai ramboh muo radeik jadoi
                        Kamai takauk radeik tunang uhang
Artinya :
Kami mau membawa adik mandi
Kami takut dengan duri singkuang
(duri singkuang adalah semacam tanaman yang tumbuh dipinggir sungai dan danau, di buat untuk tikar)
Kami mau membawa adik jadi
Kami takut adik tunangan orang

Dari jawaban ini tahulah si gadis siapa orangnya dan apa maksudnya. Kalau si gadis menyetujui kehendak si bujang, maka ia membalas kembali pantun si bujang tadi dengan pantun sebagai berikut:

                            Jangeang disengko kamai manjak pinang
                            Sengkolah kami manjak batang upeih
                            Jangeang disengko kamai tunang uhang
                            Sengkolah kamai bureung ngan lepeh
Artinya:
                Jangan disangka kami mamanjat batang pinang
                Sangkalah kami memanjat batang upih
                Jangan disangka kami tunangan orang
                Seangkalah kami burung yang lepas

Maksud dari pantun ini ialah si gadis menyampaikan kepada si bujang bahwa ia belum ada yang memiliki, ia masih bebas, tidak ada yang mengikatnya. Dan apabila terdapat persetujuan, maka si bujang akan terus membantu si gadis menyelesaikan pekerjaan sawah atau ladang. Dan orang tua si gadis yang ikut mendengar pantun-pantun itu tahu dengan sendirinya tentang hubungan mereka dari pantun-pantun tersebut. Dan acara pekerjaan siang ini diteruskan lagi pada malam harinya dengan apa yang disebut masa Batandeang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar