Sabtu, 31 Mei 2014

Daftar nama Bupati Kerinci...

Daftar Nama Bupati Kerinci
Tahukah anda, semenjak pertama kali dimekarkan pada tanggal 10 November 1958, Kabupaten Kerinci Hingga saat ini telah dipimpin oleh 19 orang Bupati, baik secara definitive maupun pelaksana tugas. Nah siapa saja Bupati Kerinci pertama hingga saat ini, berikut daftarnya :


No
Nama
Lama Menjabat
Keterangan
Mulai
Sampai
1
Mohd. Noeh
1958
1960
Pejabat
2
Yusuf Nasri
1960
1964
Bupati
3
H. Ali Hamzah
1964
1964
Pejabat
4
Drs. Z. Mukhtar Daeng Maguna
1964
1965
Pejabat
5
Yusuf Rusdi (Letkol)
1965
1966
Pejabat
6
Syamsu Bahrun
1966
1968
Pejabat
7
M. Koekoeh (Kolonel)
1968
1969
Bupati
8
M.A.A.DT.Majo Indo
1969
1969
Bupati
9
Drs. Ahmad Daud
1969
1972
Bupati
10
Rusdi Sayuti, BA
1972
1977
Bupati
11
Jamaludin Tambunan, SH
1977
1978
Pejabat
12
Nazar Efendi (Letkol)
1978
1983
Bupati
13
Drs. H.Mohd. Awal
1983
1988
Bupati
14
Drs. Hasmi Mukhtar
1988
1993
Bupati
15
H. Bambang Sukowinarno (Kol)
1993
1998
Bupati
16
H.A. Jazid Idris, SH
1998
1999
Pelaksana Tugas
17
H. Fauzi Siin (Letkol Czi Purn.)
1999
2009
Bupati
18
H. Murasman
2009
2014
Bupati
19
DR. H. Adirozal M.Si
2014
Sekarang
Bupati

Pada tanggal 8 November 2008, Kabupaten Kerinci dimekarkan menjadi Kabupaten Kerinci dan Kota Otonom Sungai Penuh berdasarkan UU RI No 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Kota Sungai Penuh sendiri baru memiliki satu walikota definitive dan 3 pejabat sementara walikota. Pejabat Walikota Sungai Penuh yang pertama adalah Drs. Masril M, MM, dilanjutkan dengan Pejabat Walikota yang kedua yaitu Drs. Hasvia Hasyimi, MTP. Pergantian ini dimaksudkan karena pejabat walikta pertama telah memasuki masa pension dan masa jabatannya tidak diperpanjang lagi. Setahun menjabat Drs. Hasvia Hasyimi, MTP mengundurkan diri karena berniat untuk maju sebagai calon walikota Sungai Penuh, jabatannya digantikan oleh Ir. H. Akmal Thaib, MM. Setelah dilakukannya pemilihan walikota, maka terpilihlah pasangan Prof. Dr.H. Asafri Jaya Bakri, MA dan Ardinal Salim, SE. MM sebagai pasangan walikota dan wakil walikota definitive yang masih menjabat hingga saat ini dengan periode jabatan 2011-2016.

Sumber: Buku Senarai Sejarah Kerinci dan http://kerincikab.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=2b

Sabtu, 24 Mei 2014

Jangki


Jangki
Jangki adalah semacam wadah angkutan yang juga berfungsi sebagai alat penyimpan sementara. Penduduk Kerinci mempergunakan berbagai macam jangki yang perbedaan utamanya terletak pada masalah bahan, ukuran, dan variasinya. Bentuk umum dari jangki adalah
 Alas                : Berbentuk bujursangkar
Badan             : Berbentuk silinder
Mulut               :  Bagian atas silinder yang terbuka, berbentuk lingkaran
Telinga           : Terdapat pada pinggir yag berfungsi untuk tempat mengikat tali jangki
Rotan, bambu dan pandan-sokuang adalah bahan yang banyak dipergunakan untuk pembuatan jangki. Untuk tali jangki dipergunakan kulit terap. Baik bambu, rotan ataupun pandan yang akan dipergunakan sebagai bahan utama membuat jangki, terlebih dahulu harus diraut tipis, sehingga mudah untuk dianyam rapat.
Penganyaman dimulai pada alas jangki, sehingga berbentuk bujursangkar. Kedua diagonal dari bujursangkar itu dibuat dari rotan bulat atau bambu yang dibulatkan dengan diameter 1cm. Diagonal itu berfungsi untuk mengeraskan atau menguatkan alas jangki, sehingga sissisi bujursangkar tetap berada dalam keadaan terbentang. Panjang diagonal itu bergantung pada kebutuhan si pembuatnya, biasanya berkisar 30 cm.
Setelah penganyaman alas diselesaikan barulah diteruskan kepada penganyaman badan jangki dengan membentuknya seperti silinder. Tinggi jangki ini berkisar 40- 50 cm. Untuk dijadikan mulut  jangki, dibuat lingkaran dari bahan serat daging bambu yang sudah ditipiskan dengan lebar lebih kurang 8 cm. Diameter lingkaran mulut jangki lebih kurang sama dengan lingkaran badan jangki. Lingkaran mulut jangki itu berfungsi sebagai bingkai dari jangki, sehingga jangki selalu dalam keadaan terbuka.
Lingkaran mulut jangki dengan badan jangki diikat dengan jalinan yang disebut “Jalinan tulang belut”. Untuk bahan penjalinannya dipergunakan rotan yang sudah diraut halus dan dijalinkan sedemikian rupa sehingga jalinan itu tampak sebagai salah satu hiasan dari jangki itu sendiri. Pada bingkai itu ditambahkan pula dua buah telinga jangki yang terbuat dari anyaman rotan. Penambahan telinga jangki itu haruslah kuat, karena pada telinga inilah terletaknya titik gantung penyangkutan beban yang dimuatkan dalam jangki. Kedua ujung tali jangki yang terbuat dari kulit terap, diikatkan pada telinga jangki. Panjangnya tali itu tergantung pada kebutuhan si pemakai, biasaya berkisar 1 meter dengan lebar 8 cm. Tali janki inilah yang akan dilekatkan pada  kening atau pundak kepala orang yang akan memfungsikannya, seperti pada pating.
Pada umumnya jangki ini dipergunakan oleh kaum wanita untuk mengangkut hasil-hasil kebun atau ladang yang sifatnya relative ringan, seperti sayur-sayuran, cabe, dan lain-lain. Cara mempergunakan jangki ini pada dasarnya sama dengan mempergunakan pating, yaitu jangkinya berada di kening kepala. Tetapi jangki pada umumnya tidaak mempunyai tali yang akan melingkar di kedua bahu. Sementara itu ada juga jangki yang mempunyai tali yang dilingkarkan pada kedua bahu, tergantung bagaimana orang memfungsikannya.
Adapun Jenis jangki yang dibuat sedemikian indah, dengan berbagai hiasan yang beraneka warna. Jangki indah ini dibuat dari pandan yang sudah diolah dan dihaluskan sedemikian rupa.
Karna menjadi salah satu alat tradisional masyarakat Kerinci, saat ini Jangki juga dijadikan simbol pemersatu, minsalnya yang terdapat pada tugu Selamat Datang di Kota Sungai Penuh dan di Logo Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor.

Sumber : Buku "Alat-alat Angkutan Tradisionil di Kerinci" oleh M.Nazir B.A.