Sabtu, 24 Mei 2014

Jangki


Jangki
Jangki adalah semacam wadah angkutan yang juga berfungsi sebagai alat penyimpan sementara. Penduduk Kerinci mempergunakan berbagai macam jangki yang perbedaan utamanya terletak pada masalah bahan, ukuran, dan variasinya. Bentuk umum dari jangki adalah
 Alas                : Berbentuk bujursangkar
Badan             : Berbentuk silinder
Mulut               :  Bagian atas silinder yang terbuka, berbentuk lingkaran
Telinga           : Terdapat pada pinggir yag berfungsi untuk tempat mengikat tali jangki
Rotan, bambu dan pandan-sokuang adalah bahan yang banyak dipergunakan untuk pembuatan jangki. Untuk tali jangki dipergunakan kulit terap. Baik bambu, rotan ataupun pandan yang akan dipergunakan sebagai bahan utama membuat jangki, terlebih dahulu harus diraut tipis, sehingga mudah untuk dianyam rapat.
Penganyaman dimulai pada alas jangki, sehingga berbentuk bujursangkar. Kedua diagonal dari bujursangkar itu dibuat dari rotan bulat atau bambu yang dibulatkan dengan diameter 1cm. Diagonal itu berfungsi untuk mengeraskan atau menguatkan alas jangki, sehingga sissisi bujursangkar tetap berada dalam keadaan terbentang. Panjang diagonal itu bergantung pada kebutuhan si pembuatnya, biasanya berkisar 30 cm.
Setelah penganyaman alas diselesaikan barulah diteruskan kepada penganyaman badan jangki dengan membentuknya seperti silinder. Tinggi jangki ini berkisar 40- 50 cm. Untuk dijadikan mulut  jangki, dibuat lingkaran dari bahan serat daging bambu yang sudah ditipiskan dengan lebar lebih kurang 8 cm. Diameter lingkaran mulut jangki lebih kurang sama dengan lingkaran badan jangki. Lingkaran mulut jangki itu berfungsi sebagai bingkai dari jangki, sehingga jangki selalu dalam keadaan terbuka.
Lingkaran mulut jangki dengan badan jangki diikat dengan jalinan yang disebut “Jalinan tulang belut”. Untuk bahan penjalinannya dipergunakan rotan yang sudah diraut halus dan dijalinkan sedemikian rupa sehingga jalinan itu tampak sebagai salah satu hiasan dari jangki itu sendiri. Pada bingkai itu ditambahkan pula dua buah telinga jangki yang terbuat dari anyaman rotan. Penambahan telinga jangki itu haruslah kuat, karena pada telinga inilah terletaknya titik gantung penyangkutan beban yang dimuatkan dalam jangki. Kedua ujung tali jangki yang terbuat dari kulit terap, diikatkan pada telinga jangki. Panjangnya tali itu tergantung pada kebutuhan si pemakai, biasaya berkisar 1 meter dengan lebar 8 cm. Tali janki inilah yang akan dilekatkan pada  kening atau pundak kepala orang yang akan memfungsikannya, seperti pada pating.
Pada umumnya jangki ini dipergunakan oleh kaum wanita untuk mengangkut hasil-hasil kebun atau ladang yang sifatnya relative ringan, seperti sayur-sayuran, cabe, dan lain-lain. Cara mempergunakan jangki ini pada dasarnya sama dengan mempergunakan pating, yaitu jangkinya berada di kening kepala. Tetapi jangki pada umumnya tidaak mempunyai tali yang akan melingkar di kedua bahu. Sementara itu ada juga jangki yang mempunyai tali yang dilingkarkan pada kedua bahu, tergantung bagaimana orang memfungsikannya.
Adapun Jenis jangki yang dibuat sedemikian indah, dengan berbagai hiasan yang beraneka warna. Jangki indah ini dibuat dari pandan yang sudah diolah dan dihaluskan sedemikian rupa.
Karna menjadi salah satu alat tradisional masyarakat Kerinci, saat ini Jangki juga dijadikan simbol pemersatu, minsalnya yang terdapat pada tugu Selamat Datang di Kota Sungai Penuh dan di Logo Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor.

Sumber : Buku "Alat-alat Angkutan Tradisionil di Kerinci" oleh M.Nazir B.A.

1 komentar: