Jangki
Jangki
adalah semacam wadah angkutan yang juga berfungsi sebagai alat penyimpan
sementara. Penduduk Kerinci mempergunakan berbagai macam jangki yang perbedaan
utamanya terletak pada masalah bahan, ukuran, dan variasinya. Bentuk umum dari jangki
adalah
Alas : Berbentuk bujursangkar
Badan : Berbentuk silinder
Mulut : Bagian atas silinder yang terbuka, berbentuk lingkaran
Telinga : Terdapat pada pinggir yag berfungsi untuk tempat mengikat tali jangki
Alas
Badan : Berbentuk silinder
Mulut : Bagian atas silinder yang terbuka, berbentuk lingkaran
Telinga : Terdapat pada pinggir yag berfungsi untuk tempat mengikat tali jangki
Rotan, bambu dan pandan-sokuang adalah
bahan yang banyak dipergunakan untuk pembuatan jangki. Untuk tali jangki dipergunakan
kulit terap. Baik bambu, rotan ataupun pandan yang akan dipergunakan sebagai
bahan utama membuat jangki, terlebih dahulu harus diraut tipis, sehingga mudah
untuk dianyam rapat.
Penganyaman dimulai pada alas jangki,
sehingga berbentuk bujursangkar. Kedua diagonal dari bujursangkar itu dibuat
dari rotan bulat atau bambu yang dibulatkan dengan diameter 1cm. Diagonal itu
berfungsi untuk mengeraskan atau menguatkan alas jangki, sehingga sissisi
bujursangkar tetap berada dalam keadaan terbentang. Panjang diagonal itu
bergantung pada kebutuhan si pembuatnya, biasanya berkisar 30 cm.
Setelah penganyaman alas diselesaikan
barulah diteruskan kepada penganyaman badan jangki dengan membentuknya seperti
silinder. Tinggi jangki ini berkisar 40- 50 cm. Untuk dijadikan mulut jangki, dibuat lingkaran dari bahan serat
daging bambu yang sudah ditipiskan dengan lebar lebih kurang 8 cm. Diameter
lingkaran mulut jangki lebih kurang sama dengan lingkaran badan jangki.
Lingkaran mulut jangki itu berfungsi sebagai bingkai dari jangki, sehingga
jangki selalu dalam keadaan terbuka.
Lingkaran mulut jangki dengan badan
jangki diikat dengan jalinan yang disebut “Jalinan tulang belut”. Untuk bahan penjalinannya
dipergunakan rotan yang sudah diraut halus dan dijalinkan sedemikian rupa
sehingga jalinan itu tampak sebagai salah satu hiasan dari jangki itu sendiri.
Pada bingkai itu ditambahkan pula dua buah telinga jangki yang terbuat dari
anyaman rotan. Penambahan telinga jangki itu haruslah kuat, karena pada telinga
inilah terletaknya titik gantung penyangkutan beban yang dimuatkan dalam
jangki. Kedua ujung tali jangki yang terbuat dari kulit terap, diikatkan pada
telinga jangki. Panjangnya tali itu tergantung pada kebutuhan si pemakai,
biasaya berkisar 1 meter dengan lebar 8 cm. Tali janki inilah yang akan
dilekatkan pada kening atau pundak
kepala orang yang akan memfungsikannya, seperti pada pating.
Pada umumnya jangki ini dipergunakan
oleh kaum wanita untuk mengangkut hasil-hasil kebun atau ladang yang sifatnya
relative ringan, seperti sayur-sayuran, cabe, dan lain-lain. Cara mempergunakan
jangki ini pada dasarnya sama dengan mempergunakan pating, yaitu jangkinya
berada di kening kepala. Tetapi jangki pada umumnya tidaak mempunyai tali yang
akan melingkar di kedua bahu. Sementara itu ada juga jangki yang mempunyai tali
yang dilingkarkan pada kedua bahu, tergantung bagaimana orang memfungsikannya.
Adapun Jenis jangki
yang dibuat sedemikian indah, dengan berbagai hiasan yang beraneka warna.
Jangki indah ini dibuat dari pandan yang sudah diolah dan dihaluskan sedemikian rupa.
Karna menjadi salah satu alat tradisional masyarakat Kerinci, saat ini Jangki juga dijadikan simbol pemersatu, minsalnya yang terdapat pada tugu Selamat Datang di Kota Sungai Penuh dan di Logo Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor.
Sumber : Buku "Alat-alat Angkutan Tradisionil di Kerinci" oleh M.Nazir B.A.
gambranya nyolong dari djangki.wordpress.com
BalasHapus